Kamis, 04 Juli 2019

Chapter 177 : “ Panggilan Master “

Salah satu pembunuh mengambil langkah maju, mencoba memperpendek jarak.
Tetapi bahkan jika Epsilon meluncurkan serangan mendadak dari tempat dia berada, mereka akan dapat menerimanya dengan mudah, Masih ada jarak antara mereka dan Epsilon.
Begitulah seharusnya.
"Apa!?"
Tiba-tiba, kepala pembunuh itu terbang ke udara.
Dan Epsilon menebas tubuh pembunuh yang darahnya terbang ke segala arah, dan jatuh karena kekurangan kekuatan.
"Bagaimana orang ini bisa melepaskan sihir yang begitu kuat!?"
Keempat pembunuh yang tersisa dengan cepat merubah kuda – kudannya menjadi postur bertahan, tetapi mereka tidak dapat menutupi ekspresi terkejut mereka.
Melepaskan sihirnya dari pedang.
Seorang ahlli Pedang sihir dapat melakukan hal itu selama dia mencapai level tertentu. Namun  teknik itu tidak ada yang pernah menggunakannya dalam pertarungan sungguhan.
Untuk mempertahankan sihir yang tersebar, seseorang harus menggunakan lebih banyak sihir, dan perlu beberapa saat untuk mempersiapkan sejumlah besar sihir, yang juga akan menunda serangan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, sihir yang dibutuhkan akan meningkat secara proporsional.
Hanya sejumlah kecil sihir yang dapat mencapai tempat yang jauh dalam waktu singkat, hanya yang memiliki kontrol sihir yang jauh lebih hebat  yang dapat menggunakannya dan orang biasa tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Tetapi bahkan jika seseorang bisa melakukan itu, jika dia tidak memiliki jumlah sihir yang cukup, dia akan kalah dalam perang jangka panjang.
"Waktu yang dia gunakan untuk mengumpulkan sihir hampir tidak ada... Bisakah seseorang benar-benar melakukan itu?"
Mereka tahu betapa sulitnya untuk menyerang dari jauh dalam pertarungan sungguhan, jadi mereka cukup terkejut.
"Jangan bersatu. Berpencar !!"
"—Tidak berguna."
Tebasan yang tak terhitung memotong ruangan itu.
Tebasan, mengeluarkan suara tajam yang mengindikasikan mereka akan memotong apa pun, tanpa ampun bergegas ke pembunuh yang berlari pontang-panting.
"Sial, aku tidak bisa mengelak."
"Jauhi itu untuk sementara waktu."
“ Jika kita tidak bisa memperpendek jarak, kita hanya diserang secara sepihak ...
“Itu tidak akan berhasil.Kalian benar-benar tidak dapat melarikan diri dari jangkauan seranganku.”
Kepala pembunuh lain ditebas.
Darah tersembur karna tebasan Epsilon, dan menyebar berubah menjadi kabut merah.
"Ini menjadi buruk ..."
"Bagaimana mungkin dia  mengendalikan begitu banyak tebasan sedemikian rupa? "
"Inikah [Seven Shadows] ..."
Ekspresi cemas muncul di wajah pembunuh itu.
Kemudian seorang pembunuh lain berubah menjadi kabut darah setelah dicincang oleh Epsilon.
Dan pada saat itu.
"Ga."
Epsilon berhenti menyerang setelah mengeluarkan suara kusam.
Epsilon meletakkan tangannya di dadanya dan berlutut.
Lalu dia jatuh.
"Jangan sekarang ..."
Darah merah keluar dari celah bodysuit-nya.
Lukanya terbuka.
"Aku dengar dia terluka parah oleh Mordred."
"Ini sepertinya adalah batasnya."
Ya, Epsilon telah mencapai batasnya.
Jika itu adalah musuh biasa, hasilnya akan dapat dipastikan dari awal.
Tetapi musuhnya adalah anggota sekte yang memiliki nama kedua.
Kemudian, setelah membunuh tiga pembunuh, luka Epsilon akhirnya terbuka, meskipun dia telah membunuh satu begitu pertempuran dimulai, dia menghabiskan terlalu banyak waktu dalam pertempuran ini.
"Ku ..."
Pedang itu jatuh dari tangan Epsilon.
"... sepertinya kita akan menjadi orang pertama yang membunuh [Seven Shadows]. Kita pasti akan dipromosikan!"
"Tapi ada enam orang lain seperti dia. Kalau saja mereka tidak mengancam kultus ..."
"Mordred-sama akan membunuh mereka semua, termasuk yang disebut Shadow-sama."
"Jika itu masalahnya, maka tidak apa-apa ... hei, tetap di sana!"
Mereka menatap Epsilon, yang wajahnya berubah karena kesakitan.
"Kami belum akan membunuhmu. Setelah mendapatkan informasi darimu ... oops."
Epsilon mengulurkan tangan dan mencoba untuk mengambil pedang yang jatuh di tanah sebelumnya. Seorang pembunuh segera menginjak tangannya.
"U ..."
"Menyerahlah."
"Sha ... dow ... sama ..."
"Hei, apa yang kamu lakukan?"
"Maafkan...aku..."
Epsilon melakukan upaya terakhirnya untuk mengambil belati dan mencoba menusuk dirinya sendiri di tenggorokannya.
"Apa ... hentikan dia !!"
Pada saat genting itu, seorang pembunuh menendang belatinya.
"U ..."
"Itu hampir saja."
"Hei, hei, ... kakimu ..."
"Hmm? Kakiku?"
"Kakimu ... terpotong ..."
"Eh ...?"
Pria yang menendang belati itu kakinya terjatuh di atas batu.
"Ahhhhhhhhhhhhhhhh kakiku !!"
Lalu, ko, ko, ko.
Datanglah suara jejak kaki.


5 komentar: